Saturday, December 27, 2014

Surat untuk Manu

From: Kirana RAHAYU
To: Emmanuel LENGRAND

Manu, maaf aku baru bisa membalas email-mu. Karena memang aku baru membuka inbox email-ku setelah beberapa bulan berlalu sejak perpisahan kita di bandara.

Aku menghindar dari segala hal yang mengingatkanku padamu.

Hatiku masih terlalu pedih. Bahkan hanya untuk mengetik namamu saja rasanya aku tak sanggup. Ragaku berada di Bandung, tapi hatiku tak ada di sini. Sepertinya kepergianmu juga membawa hatiku bersamamu.

Tu me manques mon chéri d'amour ...
Setiap detik, setiap menit, setiap jam aku selalu merindukanmu.
Aku rindu memelukmu. Rindu menatap matamu yang berwarna hijau seperti dedaunan musim semi.

Manu ...Manu ...Manu ...
Ingin rasanya kuteriakkan namamu berkali-kali. Berharap kamu muncul dan memelukku. Di saat yang sama aku merasa bahagia sekaligus perih karena takdir telah mempertemukan dan juga memisahkan kita berdua.

Malam-malam aku sering menatap bintang di langit dari kamar kost ku. Berharap mungkin saja kamu juga sedang menatap bintang yang sama di Paris, merasakan kerinduanku padamu.

Manu ...
Di matamu aku telah jatuh cinta.
Di matamu aku tahu bahwa aku takkan bisa hidup tanpa kau menjadi kekasihku.
Karena itu aku butuh waktu untuk bisa menerima keadaan ini. Sekali lagi maafkan aku yang tak bisa segera membalas email-mu.

Mungkin hanya waktu yang bisa menyembuhkan rasa perih di hatiku. Tapi waktu tidak akan bisa menggantikanmu di hatiku.

Je t'aime mon coeur ...

-----------------

Kirana, Bandung, 11.369 km dari Paris:
Email itu tak pernah kukirim. Hanya tersimpan di draft email-ku. Aku tak sanggup mengirimkannya pada Manu. Dan akhirnya aku hanya bisa menangis setiap membaca email dari Manu. Entah kapan aku bisa membalas emailnya. Entah kapan Manu akan lelah mengirim email untukku. Hanya waktu yang akan menjawab segalanya.

No comments:

Post a Comment