“Del, sudah siap belum?”
“Belum. Ntar lagi deh. Kamu duluan aja ke bawah. Aku masih harus nge-blow
rambut dulu.“
“Ok, aku tunggu di bawah aja ya. Sambil manasin mobil. Tadi pagi belum
dipake, kan?”
“Yup. Jangan lupa bawa kadonya sekalian ke mobil!”
DELLA
Kasihan Amanda. Dia pasti sulit untuk datang ke
pesta kawinan Vieta dan Ryan malam ini. Dari tadi di kamar sudah satu jam
lebih. Padahal biasanya dia cuma ngabisin waktu paling lama setengah jam untuk
merias dirinya. Pasti dia lagi bingung untuk jadi pergi atau tidak.
Malam ini Manda akan bertemu dengan Martin dan
Doni. Mantan-mantan Manda yang masih... ya mungkin masih bisa dibilang dicintai
Manda. Dulu kami berempat kuliah di kampus yang sama. Martin di Hukum. Doni di
Tehnik. Sedang aku dan Manda di Komunikasi. Vieta adalah teman Manda dan aku.
Dia juga kenal dengan Martin. Sedangkan Doni datang karena diundang Ryan.
Mereka dari semenjak kuliah dulu sudah berteman akrab.
AMANDA
Duh, Tuhan. Andaikan aku
tidak harus pergi malam ini. Pasti Martin dan Doni datang ke pesta nanti.Martin...
apa dia masih ingat aku setelah lima tahun gak ketemu. Sekarang aku nggak lagi
memakai kacamata. Rambutku pun sudah panjang. Dulu kamu kan selalu ingin aku
berambut panjang.
Doni... dengan segala
kesederhanaan, kesabaran dan hatimu yang baik, membuatku tak bisa melupakanmu.
Bukan berarti Martin lebih baik darimu. Tapi kalian masing-masing mempunyai
kelebihan yang saling melengkapi. Kriteria laki-laki yang aku impikan ada di
kalian berdua.
DONI
Manda... adakah dirimu
masih seindah dulu. Dulu ketika kamu masih memberikan cintamu padaku seorang.
Aku yang mencintaimu dengan tulus bahkan tidak bisa menyadari bahwa kamu
ternyata juga mencintai Martin.
Waktu itu aku dan kamu sudah menjalin hubungan
selama enam bulan ketika pada suatu sore aku melihat kamu sedang duduk di
bangku taman belakang kampusmu. Ada seorang lelaki disebelahmu. Aku tidak tahu
apa yang sedang kalian bicarakan. Yang jelas, pada saat itu kamu menangis.
Kalau saja pada saat itu Della tidak menarikku ke kantin, pasti aku sudah tahu
apa yang sedang kalian bicarakan saat itu. Termasuk apa yang menyebabkan kamu
menangis.
Della mengatakan padaku bahwa lelaki itu adalah
Martin. Martin? Apa?! Anak hukum? Apa yang sedang dia lakukan dengan gadisku? Dia
kan beda fakultas? Della tidak bisa menjawab pertanyaanku. Dia waktu itu cuma
minta aku untuk kasih waktu ke kamu untuk menyelesaikan masalahnya. Masalah
apa?
MARTIN
Amanda sayangku... Malam
ini aku kan bertemu kamu lagi. Apakah kamu masih bisa memaafkan diriku. Setelah
aku meninggalkanmu tanpa kabar berita dan kembali lagi untuk mengharapkan
cintamu disaat sudah ada Doni disisimu.
Kita jadian waktu kamu masih semester dua.
Sedangkan aku semester enam. Aku bahagia sekali waktu itu bisa berjalan bersama
gadis yang menjadi incaran anak-anak Komunikasi. Jarang sekali anak Hukum yang
bisa jadian dengan anak Komunikasi. Mungkin karena anak Hukum cenderung lebih
‘lusuh-lusuh’ dibandingkan anak Komunikasi yang lebih ‘bersih’ dan chic.
Setahun jadian dengan kamu adalah saat-saat
terindah dalam hidupku, sebelum kejadian buruk itu menimpa keluargaku. Ibuku
terganggu jiwanya karena ayahku ternyata mempunyai wanita simpanan. Atas saran
keluarga ibuku, beliau akan dimasukkan di rumah sakit jiwa yang ada di daerah
Jogja. Katanya di sana lebih sejuk dan akan lebih mudah bagi ibuku untuk
mengembalikan kesehatan mentalnya.
Tanpa kabar atau mengirim pesan padamu, aku
meninggalkan Jakarta. Aku malu atas keadaan keluargaku. Marah pada ayahku, juga
kasihan pada ibuku. Kuliahku pun pindah ke Jogja. Disana ada satu universitas
yang bisa menerimaku tanpa aku harus mengulang kuliah lagi dari semester awal.
Berpuluh SMS darimu tidak kubalas. E-mail darimu
juga tak satupun kubaca. Semuanya masih tersimpan rapi di mailbox e-mailku. Aku
meninggalkanmu saat itu dengan hati yang perih.
DELLA
Salah Martin juga sih saat
itu meninggalkan Manda tanpa kabar berita. Berhari-hari Manda tidak mau keluar
dari kamar kostnya untuk kuliah. Keluar kamar paling hanya untuk ke kamar
mandi, beli makan di warung, terus masuk lagi ke kamar. Sampai teman-teman kost
harus menariknya paksa dari kamar dan mendudukkannya di depan cermin besar yang
ada di ruang tamu.
Manda, wajahmu saat itu kuyu sekali. Teman-teman bilang
kamu itu punya wajah cantik. Sayang kalo hanya disimpan di kamar terus, tak
terawat. Banyak laki-laki yang dengan senang hati menggantikan posisi Martin di
hatimu.
Namun, ternyata tak ada yang dapat menggantikan
Martin lagi. Memang kamu kembali menjadi gadis yang ceria dan menarik. Tapi aku
tahu bahwa kamu menjadikan hatimu beku sedingin es. Aku yang kasihan padamu
kemudian mulai menjodohkanmu dengan Doni.
Ternyata kesabaran, ketulusan dan perhatian yang
diberikan Doni berhasil membuat hatimu mencair. Tiga tahun setelah kepergian
Martin, kamu mulai membuka hatimu. Pada Doni memang aku tidak menceritakan
tentang Martin. Aku berharap Manda sendiri yang akan cerita tentang ini ke
Doni.
AMANDA
Kabar terakhir yang
kudengar, ibu Martin sudah sembuh dan mulai bisa menjalani kehidupan secara
normal. Beliau tetap tinggal di Jogja. Teman-teman bilang, Martin sudah kembali
lagi ke Jakarta karena pekerjaan. Aku tahu tentang keadaan ibunya yang
terganggu jiwanya juga dari mulut Martin sendiri.
Waktu itu aku sedang duduk di bangku taman
belakang kampusku. Tempat favorit aku duduk sambil membaca buku. Aku menemukan
tempat asyik ini bersama Martin. Biasanya kita saling menceritakan aktivitas
masing-masing di tempat ini. Setelah Martin pergi tanpa berita, hanya Doni yang
kubiarkan menempati tempat disebelahku ini. Bangku yang hanya muat untuk dua
orang ini tak kuijinkan untuk ditempati orang lain selain Martin dan Doni.
Kertas-kertas yang sedang kutulisi tugas kuliah
tiba-saja saja terbang terkena angin. Aku kelabakan memunguti kertas-kertas itu
ketika tiba-tiba saja ada tangan yang memegang pundakku dari belakang. Astaga!
Aku tak sanggup mengatakan apapun ketika menoleh ke belakang. Wajah yang sangat
kurindukan selama tiga tahun lebih. Wajah yang selalu hadir di setiap mimpiku.
Kemudian suaranya ketika mengucapkan namaku... adalah suara yang selalu
kurindukan untuk kudengar.
Martin. Kenapa tiba-tiba kau hadir kembali di
kehidupanku setelah aku sudah hampir berhasil melupakanmu? Tiba-tiba kamu
memelukku dan aku pun mulai menangis. Rasanya hatiku menjadi hangat hanya karena
sebuah pelukan.
Kemudian kamu membimbingku untuk duduk dan mulai
meminta maaf karena telah meninggalkanku. Aku masih terlalu syok dengan
kedatanganmu. Di sela-sela isak tangisku, aku hanya bisa mendengar bahwa
alasanmu pergi adalah karena kesehatan mental ibumu. Selebihnya aku hanya ingat
kalau Della menghampiriku dan kemudian berbicara denganmu, kemudian meninggalkanku
lagi berdua denganmu.
DONI
Setelah aku melihatmu
menangis di taman, kebiasaanmu mulai berubah. Kamu tidak mau lagi duduk di
bangku taman belakang. Bangku favoritmu. Kamu juga tak mau lagi makan di resto
favoritmu, menyantap sup asparagus kesukaanmu bersamaku. Bahkan kamu tidak lagi
meminjam VCD di tempat rental yang biasanya. Kamu beralih ke tempat rental yang
hampir dua kilometer jauhnya dari kostmu. Aku tidak masalah sih menemanimu
kemana pun kamu mau pergi. Tapi perubahan ini begitu mendadak. Tepat setelah
kejadian kamu menangis di taman.
Berulang kali aku
menanyakan siapa lelaki itu, yang bersamamu di taman waktu kamu menangis. Kamu
hanya mengatakan kalau dia adalah teman lama dan kamu menangis karena matamu
kemasukan debu. Della yang kutanya mengenai masalah ini juga tak mengatakan
apapun. Dia menyuruhku menanyakannya sendiri padamu.
Teman-teman kampus yang
kutanya juga tak banyak tahu tentang siapa laki-laki itu. Ada satu anak
Komunikasi yang mengatakan bahwa itu mungkin saja Martin, mantan kekasihmu.
Bodohnya, aku memang tidak pernah menanyakan masa lalu Manda, siapa saja
kekasihnya atau pun apa alasan Manda putus dengan mereka. Aku anggap itu adalah
masa lalu Manda.
Aku hanya percaya saja
bahwa Manda tidak akan mengkhianatiku. Aku sangat yakin dia hanya mencintaiku
seorang. Sikapnya padaku tidak berubah. Hanya kebiasaannya saja yang berubah.
Sampai kemudian sebulan sebelum acara wisuda kami berdua, Amanda memutuskanku.
Kita putus saja ya, Don.
Kalimat yang membuatku terhenyak cukup lama di ruang tamu kost Manda. Apa aku
tidak salah dengar? Kita berdua tidak sedang bertengkar. Bahkan bisa dibilang
hubungan kami berdua baik-baik saja. Aku bahkan baru saja mengantarmu pulang
setelah makan malam berdua. Malam itu kamu terlihat sangat cantik dengan gaun
biru dan cardigan putih.
Apa ada laki-laki lain,
Manda? Manda hanya terdiam dan menitikkan air mata. Aku peluk dia dan dia pun mulai
bercerita tentang Martin. Tentang bagaimana Martin dulu meninggalkannya dan
begitu terpuruknya dia. Juga bagaimana aku telah dapat membuatnya jatuh cinta
lagi.
Tapi sayangnya ternyata
Manda masih mencintai Martin juga. Selama ini dia berusaha menekan perasaan ini
dihatinya. Kemunculan Martin di taman menyadarkan Manda bahwa ternyata selain
mencintai diriku, dia juga mencintai Martin. Dia tidak bisa memilih antara aku
atau Martin. Karena itu dia ingin memutuskanku, tapi juga tidak ingin menjalin
hubungan dengan Martin.
Karena itu pula
kebiasaannya ada yang berubah. Ternyata taman tempat aku dan Manda biasa
membaca buku bersama adalah tempat dia dan Martin saling menceritakan aktivitas
masing-masing. Restoran tempat aku dan Manda biasa makan sup asparagus adalah tempat
dia dan Martin juga biasa makan sandwich bakar berdua. Dan bisa ditebak bahwa
rental VCD itu adalah tempat dimana Martin biasanya menemani Manda menyewa VCD.
AMANDA
Semenjak Martin menemuiku
di taman, hatiku jadi tidak menentu. Martin mengatakan padaku bahwa dia masih
mencintai dan mengharapkanku. Padahal saat itu aku sedang menjalin hubungan
dengan Doni. Aku katakan padanya bahwa aku tidak bisa menerima dia kembali
setelah dia meninggalkanku tanpa kabar berita.
Setelah pertemuan itu, aku
tidak pernah bertemu Martin lagi. Martin kadang-kadang masih meng-SMSku. Tapi
tidak pernah kubalas. Aku merasa tidak enak pada Doni. Pertemuan dengan Martin
juga membuatku sadar bahwa aku masih membawa bayang-bayang dirinya dalam
hubunganku dengan Doni.
Aku putuskan bahwa aku akan meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan yang biasa kujalani dengan Martin dan Doni dan membuat
kebiasaan baru. Mungkin dengan begitu aku bisa berpikir jernih dan memutuskan
untuk mencintai siapa, atau lebih mencintai siapa dibanding siapa.
Ternyata sampai sebelum wisuda aku masih belum
bisa memutuskan. Akhirnya aku memilih untuk mengakhiri hubunganku dengan Doni.
Aku tidak bisa bersamanya saat bayang-bayang Martin masih hadir dalam hatiku.
Doni tidak bisa menerima keputusanku ini dan
menyalahkan Martin atas semua yang terjadi. Aku berusaha keras untuk meyakinkan
dia bahwa ini bukan kesalahan Martin. Ini semua adalah karena diriku tidak
dapat memilih salah satu dari kalian. Aku mencintai Martin. Aku juga mencintai
Doni.
DONI
Halo sayang. Sudah sampai
mana? Oh, masih di rumah nunggu Manda. Ya sudah, jangan terlalu buru-buru. Take
time. Aku lagi di jalan nih, menuju tempat reuni. Sampai ketemu di sana ya.
DELLA
Barusan telepon dari Doni.
Manda gak tahu kalau sudah tiga bulan ini aku jalan bareng Doni. Kita ketemu di
acara ulang tahun kantor. Ternyata kita kerja di perusahaan yang sama, tapi
beda cabang. Doni mungkin masih belum bisa melupakan Manda, tapi dia sudah
berusaha untuk memulai hidup baru bersamaku. Bahkan kemarin dia mengajakku
bertemu dengan Martin dan mengatakan padanya bahwa Manda masih sangat mencintai
Martin, dan bahwa mereka ditakdirkan bersama.
Malam ini Martin akan
berusaha untuk membuka lagi lembar cinta yang baru bersama Manda. Mereka berdua
sudah terlalu lama dipisahkan oleh waktu. Hmm... semoga Manda bisa menerima
Martin lagi. Aku yakin dia masih mencintai Martin.
AMANDA
Martin... Doni....
Martin... Doni....
*Christie Nathalia*