Saturday, December 06, 2003

BIKIN HIDUP LEBIH HIDUP

“Payungnya, Kak.” Aku langsung tersadar dari lamunanku. Didepanku ada seorang anak kecil berbaju merah lusuh dan tidak mengenakan alas kaki menawarkan ojek payung.
“Oh, terima kasih. Tapi Kakak masih menunggu teman,” sahutku. Sekarang sudah jam 2 siang. Temanku sepertinya masih lama datangnya padahal sudah ½ jam berlalu dari bel pulang sekolah. Kulihat lagi anak kecil itu. Sepertinya dia sangat mengharapkan ada yang menerima ojek payungnya. Sesekali dia kulihat melirik ke plastik merah yang ada ditanganku. Didalamnya memang ada roti isi coklat. Mungkin dia lapar…
“Dek, kesini sebentar,” aku memanggilnya.
“Ini ada roti untuk kamu. Ambil saja. Kamu lapar, kan,” tanyaku.
“Terima kasih, Kak,” sahutnya. Kemudian dia berlari menemui seorang anak laki-laki yang sama-sama menjadi pengojek payung. Roti yang kuberikan ternyata dia berikan lagi untuk anak itu.
“Itu adik kamu,” tanyaku saat dia kembali.
“Bukan. Itu teman saya. Rotinya boleh saya berikan untuk dia, kan Kak,” tanyanya.
“Boleh aja,” jawabku.
“Tapi bukannya kamu juga lapar? Kok rotinya tidak kamu makan saja?”
“Saya udah makan tadi pagi,” jawab anak itu.
“Makan siangnya kan belum,” tanyaku lagi.
“Ah, tapi mendingan buat temen saya aja. Dia belum makan dari pagi tadi.”

Tiba-tiba saja aku merasa terharu. Anak ini masih kecil. Mungkin kalau sekolah masih duduk di kelas 4 SD, tapi dia sudah sangat memahami apa artinya berbagi. Dan dia berbagi bukan dari kelebihannya tapi dari kekurangannya. Kemiskinan dan kekurangan justru menjadi alasan bukan penghalang bagi anak itu untuk saling menolong dan memberi.

Aku teringat kata-kata Ibu Teresa dari Kalkuta, “Penderitaan membuat orang peka terhadap penderitaan orang lain. Dan hanya mereka yang pernah menderita bisa menolong sesamanya yang menderita, sehabis-habisnya.”

Terima kasih, ya adik kecil. Kamu sudah memberi pelajaran yang berharga siang ini. Kehadiran dirimu di sekolah ini memberi nuansa berbeda diantara teman-temanku yang tiap hari pergi main ke mall dan clubbing ke Embassy (tempat favorit para clubbers di Jakarta-red) setiap weekend. Padahal uang yang mereka gunakan itu bisa membantu teman-teman lain yang kekurangan.

Hidup ini pendek, temanku. Kejarlah kasih Allah di dalam hidupmu dengan memberikan kasih kepada orang-orang yang berkekurangan. Dan jangan beralasan, “Aku masih masih muda,” (1 Timotius 4:12) atau “Aku akan melakukannya nanti kalau sudah dewasa.” Karena tindakan kasih pada orang yang kekurangan tidak dapat kau tunda (Sirakh 4:3). Jadikan hidupmu lebih hidup bagi dirimu sendiri maupun orang lain.

Tuesday, December 02, 2003

LETTER TO A FRIEND

Jakarta, 1 Desember 2003

Temanku, Tuhan itu baek banget yah. Dia tahu banget bagaimana membentuk aku sehingga semakin serupa denganNya. Untuk dekat denganNya, kita tidak harus menjadi sempurna dulu. Tidak harus menjadi suci dulu untuk dapat mengenalNya. Justru dengan ketidaksempurnaan kita, tangan-tangan Tuhan akan menghasilkan karya yang besar dan indah.

Coba bayangkan kalau kamu dilahirkan dalam keadaan sempurna, ganteng/cantik, atletis/langsing, kaya, bahagia, bijaksana, jenius, dll. Pasti kamu tidak akan merasakan bagaimana senangnya mendapat pujian karena kamu sudah terbiasa menerimanya. Bagaimana senangnya mendapat gaji pertama hasil kerja kerasmu tidak akan kau rasakan apabila kau kaya raya. Berjalan bersama orang yang kau sayangi akan terasa hambar karena dengan kesempurnaanmu, kau bisa memilih dengan siapa saja kau akan berjalan bersama. Kau tidak akan membutuhkan nasehat dari siapa pun karena kau sudah terlahir bijaksana, sehingga kehilangan kedekatan jiwa dengan orang-orang yang menjadi sahabatmu. Dan terlebih kau tidak akan merasakan betapa manisnya kasih Tuhan karna kau merasa bisa mengatasi segala persoalan.

Ketidaksempurnaan yang ada pada kita adalah karena Tuhan begitu baik dengan kita. Segala kesusahan dan kebahagian yang diberikanNya adalah untuk membentuk kita sesuai dengan rencanaNya. Dia tidak pernah meninggalkan kita. Bagaimana pun buruknya kita di mata dunia, Dia memandang jauh di kedalaman hati kita. Dia tahu kita membutuhkan sentuhan kasihNya. Walaupun kita terkadang memungkiriNya, Dia tetap berjalan di samping kita. Dia tidak berjalan di depan atau di belakang kita, tapi Dia berjalan di samping kita. Karena dengan begitu Dia bisa menggenggam tangan kita.

Aku juga bukan manusia sempurna. Terkadang aku terjatuh ke dalam lobang yang sama, tapi Yesus dengan kasihNya ikut masuk ke dalam lobang itu dan membantuku untuk naik ke atas. Berkali-kali aku memohon ampun padaNya, dan berkali-kali pula Yesus mengampuni semua dosa-dosaku.
Aku juga bersyukur atas segala rasa sedih dan perih yang kurasakan, karena itu semakin membuatku dekat dengan Yesus. Membuatku kembali ke hadiratNya dan berdoa mencari tahu apa maksud dari semua kejadian yang boleh kualami ini.

Temanku, sebentar lagi Natal. Kamu akan pulang ke Jakarta, kan? Aku pengen pergi ke gereja bersamamu. Mungkin kita bisa mengaku dosa bersama-sama sebelum Natal. Yah, benar. Aku ingin kita bersama-sama menyiapkan hati untuk Yesus.
Sampai ketemu di Jakarta….

With love,

Lia

Sunday, November 30, 2003

Mengapa Saya Tertarik Menjadi PENULIS?

Penulis bagi saya adalah seorang yang bebas dalam mengekspresikan perasaannya, pikirannya dan keinginannya. Dengan menjadi seorang penulis saya juga sekaligus belajar untuk lebih peka dengan lingkungan sekitar. Kepekaan itu akan menghasilkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan tertentu dalam diri saya. Keinginan untuk membebaskan pikiran dan perasaan itu tersalurkan dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Sehingga orang banyak dapat mengetahuinya.

Memang, banyak orang mengatakan bahwa saya cenderung lebih ekspresif lewat tulisan. Tapi dalam beberapa bulan terakhir ini saya mulai menyadari bahwa untuk menjadi penulis yang baik haruslah dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan tidak hanya lewat tulisan. Saya ingin menjadi penulis yang baik sekaligus juga komunikator sejati seperti Yesus Kristus. Proses belajar untuk jadi penulis tidak akan berhenti di usia saya yang hampir 23 tahun. Proses untuk menjadi seorang penulis ini akan berlangsung seumur hidup. Menjadi penulis berarti harus siap untuk jujur dengan orang lain maupun diri sendiri.

Wednesday, November 12, 2003

In Loving Memories of Pater Albertus Setiawan Gani SJ

Selasa, 21 Maret 2003 sekitar pukul 08:30 saya mendapat sms dari ibu saya yang mengabarkan bahwa Rm. Albertus Setiawan Gani SJ, telah wafat. Saat itu saya sedang berada di Jogja. Ini sepertinya mustahil karena saya tahu Rm. Gani dalam keadaan sehat-sehat saja. Beberapa minggu sebelumnya bahkan masih ikut ziarah ke Gua Maria yang ada di Jawa Tengah bersama kelompok SADHANA St. Anna.

Berdasarkan surat yang dikeluarkan Serikat Jesus Provinsi Indonesia, dituliskan bahwa pada Selasa, 21 Oktober 2003 beliau jatuh pada saat pergi ke kamar mandi dan tidak sadarkan diri. Pada pukul 08:00 Rm. A. Setiawan Gani SJ menghadap Bapanya di Surga dengan damai dan bahagia di RS St. Carolus, Jakarta. Saat ini beliau pasti telah berjumpa dengan Yesus dan Maria, hal yang sangat didambakan sepanjang hidupnya selama 67 tahun.

Lahir di Jakarta pada tanggal 17 Juni 1936 sebagai putra pertama dari pasutri Bapak Gani Gan Tiam Tek dengan Ibu Dina Rusli (Lie Giok Kie), romo yang berbintang Gemini ini mempunyai hobi berdoa, main piano/organ, dan membaca. Koleksi buku yang dimilikinya cukup banyak sehingga beliau merupakan nara sumber segala hal yang sifatnya spiritual. Selain itu beliau juga sangat senang apabila diminta untuk memberikan retret. Membina kerohanian orang lain adalah hal yang sangat dianggap penting olehnya.

Dari tahun 1998 beliau mulai bertugas di St. Anna sampai dengan bulan April 2003, dan kemudian bertugas sebagai Ekonom Kolese Hermanum, Jakarta. Di sela-sela kesibukannya di Kolese Hermanum, beliau masih menyempatkan diri sesekali datang ke St. Anna untuk membina kelompok SADHANA. Hubungan romo dengan para sadhanawan cukup dekat karena beliau membimbing mereka secara pribadi dan individual.

Selama lima tahun bertugas di St. Anna, pandangan umat terhadap beliau berbeda-beda. Ada yang menyebut Rm. Gani itu galak, ngomongnya tegas tanpa basa-basi, sehingga beberapa umat ada yang merasa sakit hati dengan beliau. Padahal jika umat mau mengenal Rm. Gani lebih dekat dan lebih dalam maka umat akan mengetahui bahwa sebenarnya beliau tidak galak, malah ramah dan suka melucu juga.

Di mata pada sadhanawan, Rm. Gani adalah romo yang sangat disiplin dan konsisten. Beliau tidak sekedar berkotbah saja tanpa melakukan, tapi setiap lakunya mencerminkan apa yang dikatakannya. Polos dan lugu karena selalu berpikir positif yang menyebabkan beliau gampang ditipu dan dipermainkan. Tapi dengan tenangnya Rm. Gani hanya berkata, “Saya memang bisa ditipu, tapi Tuhan tidak bisa ditipu.”

Beliau juga tidak suka apabila diberi hadiah yang mahal-mahal karena beliau menghindari segala hal yang sifatnya berlebihan. Pernah ada seorang ibu yang memberikan beberapa helai baju baru pada beliau, tapi karena beliau tidak merasa membutuhkannya, baju tersebut kemudian diberikan pada para frater. Sifat rendah hati dan sederhananya ini juga terlihat dari kesenangannya mengendarai motor dan sepeda daripada naik mobil, sesuatu hal yang jarang kita temui pada romo-romo lain di Jakarta.

Rm. Albertus Setiawan Gani SJ, kepergianmu terasa begitu cepat. Kami semua di sini akan sangat merindukanmu. Terima kasih atas teladan yang telah engkau berikan pada kami, “Ad Maiorem Dei Gloriam: Semua Hanya Untuk KemulianNya.”

“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.” (Roma 14:8)

Monday, November 10, 2003

ONE LOVE, ONE SPIRIT, ONE GOD

Toleransi antar umat beragama adalah kalimat yang selalu diulang-ulang di pelajaran PMP atau PPKN. Ngucapinnya sih gampang, tapi prakteknya susah. Padahal kalimat ini dari SD sampai SMU selalu diulangi lagi. Hasilnya, masih tetap saja ada konflik antar umat beragama. Lalu salahnya di siapa? Guru atau muridnya?

Menurut saya sih tergantung dari iman yang dimiliki. Setiap orang punya hak asasi bebas memilih agama. Tapi agama saja tidak cukup untuk membuat orang jadi mengerti apa arti toleransi sesungguhnya. Yang dibutuhkan adalah iman yang menjadi dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1).

Kenapa? Karena biasanya kita suka menganggap agama kita lebih hebat dari agama lain, agama yang membawa ke jalan keselamatan, jaminan untuk masuk surga, dll. Lalu kita mulai membeda-bedakan agama kita dengan agama lain. Kita jadi lebih bisa mengasihi dan toleran dengan orang-orang yang seagama dengan kita.

Agama boleh beda, tapi iman harus tetap satu. Kita kan diciptakan oleh Allah yang satu. Tidak ada Allah lain bagi kita. Iman membuat kita percaya akan Allah. Iman pulalah yang membuat kita bisa merasakan kasih Allah di dalam hidup kita. Oleh karena itu toleransi akan terwujud apabila ada kasih Allah di dalam hidup kita..

Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seseorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya (1 Yohanes 4:19-20).

Saturday, October 11, 2003

HIS ORGANIZER

Setiap orang pasti tahu apa itu organizer atau agenda. Kalau masih sekolah atau kuliah, organizer biasanya berisi PR, tugas-tugas, maupun jadwal ulangan dan ujian. Buat yang udah kerja, organizer dipakai untuk mencatat jadwal meeting maupun tugas-tugas kantor yang harus dikerjakan.

Apapun fungsi organizer, yang paling utama adalah untuk mencatat rencana-rencana (rancangan) maupun tujuan yang hendak kita capai. Pastinya, rencana yang indah dan bagus-bagus. Nggak mungkin, lah, kita nyatet di organizer, “Ulangan Fisika besok kayaknya cumin bisa dapat nilai 4,” padahal nilai tertinggi adalah 10. Atau “Presentasi rencana gue untuk naikin gaji karyawan besok bakal gagal. Gak mungkin sukses.”

Tuhan pun juga punya rencana-rencana yang indah dan bagus-bagus untuk kita semua sebagai makhluk ciptaan-Nya. Setiap individu mempunyai rancangan yang telah dibuat Tuhan secara pribadi. Mungkin kalo boleh ngebayangin, Tuhan itu punya organizer yang gede banget kali, yah. Semua orang, tanpa terkecuali, masuk dalam organizernya Tuhan.

Saat ini apabila kamu lagi merasa down, sedih, putus asa karena kemalangan-kemalangan yang terus menimpa, kamu bukanlah satu-satunya orang yang pernah merasa seperti itu. Saya sudah mengalaminya sendiri dan setelah semua kemalangan itu saya semakin dapat menghargai apa artinya kebahagiaan karena telah berhasil melaluinya. Karena itu tetaplah bertahan, temanku. Percayalah pada janji Tuhan untuk memberikan hari depan yang penuh harapan.

Apabila kamu putus asa dan mulai berpikir untuk menjauhi Tuhan ingatlah kata-kata-Nya: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11).

Thursday, July 10, 2003

COWOK + CEWEK = PACARAN ???

“Li, ntar pulang jadi nebeng gue, gak?” tanya Arnold.
“Jadi dong. Jam 2 ketemuan di hall C ya. Tapi ntar temenin gue bentar ke Gramedia ya, please… Mesti beli bahan-bahan buat mading nih,” kataku.

Kejadian pulang bareng ini emang sering banget terjadi semenjak aku dan Arnold sama-sama jadi pengurus mudika paroki. Awalnya kami cuma kenal biasa aja lewat kepanitian Muspar. Kemudian tugas dan posisi di mudika paroki membuat komunikasi di antara kami jadi cukup sering. Apalagi kami kuliah di kampus yang sama. Kadang-kadang program kerja mudika pun dirapatin di kampus.

Hubunganku dan Arnold bukan hanya sebagai wakil dan ketuanya, tapi udah kayak saudaraan. Deket banget deh. Untungnya aku sudah punya cowok, jadi nggak digosipin yang aneh-aneh kalau pergi berdua dia.

Tapi kita berdua juga kadang-kadang berantem. Lebih tepatnya aku duluan sih yang memulai. Yang jadi persoalan yah nggak jauh-jauh dari mudika juga. Biasanya berantemnya lewat e-mail. Pernah juga sih aku bete banget sama dia dan dia aku diemin. Waktu itu mudika paroki bikin Bazar Paskah. Situasi yang under pressure membuat aku jadi sedikit sensitif dan gampang marah. Arnold jadi bingung dan ngirim e-mail permintaan maaf karena mengira dia yang bikin aku marah dan bete. Baru pertama kalinya aku lihat Arnold kebingungan karena didiemin. Hehehe…. Lucu juga. Dia begitu karena sudah menganggap aku sebagai adiknya.

Seneng banget, deh, punya sahabat kayak Arnold. Baru pertama kalinya aku bisa punya temen cowok yang deket kayak saudaraan. Sebelum bersahabat dengan Arnold, orang-orang di lingkungan sekitarku selalu berpikiran bahwa nggak mungkin cowok dan cewek hanya sebagai sahabat. Kalaupun temenan deket ujung-ujungnya pasti jadi pacar. Persahabatanku dengan Arnold membuktikan bahwa pikiran mereka salah.

Cowok dan cewek bisa kok berhubungan dekat sebagai sahabat. Emang sih, batas antara sahabatan dan pacaran itu tipis. Tapi kita bisa, kok, narik garis pembatas antara pacar dan sahabat. Nggak mungkin lah misalnya kita gandengan tangan terus sama sahabat cowok, ntar ada yang salah ngertiin. Kalau aku sendiri ngebedainnya dengan nggak pergi berdua Arnold ke tempat-tempat yang sudah terkonotasi hanya untuk orang pacaran. Seperti bioskop, kafe yang romantis, atau pesta valentine sebagai contohnya.

Kalau kalian punya sahabat cowok, syukurilah dan jagalah persahabatan kalian. Pacaran itu bisa putus, tapi kalau persahabatan tidak akan bisa putus. Kalian bisa baca di Amsal 17:17, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran”. So, friends forever, OK!

Saturday, May 03, 2003

I’ll be Faithfull to YOU

Dear Diary,

Hi, my friend! Hari ini Vita lagi sebeeeelll buanget deh! Bete! Kok ada sih temen yang kayak gitu… Gini nih ceritanya. Tadi pagi pas Vita lagi bantuin temen-temen mudika wilayah jualan di gereja, si Ani ngedeketin aku dan dia cerita kalo selama ini Yohan nyebar gosip ke temen mudika yang lain kalo aku ini suka manfaatin cowok. Gila banget khan, Di! Gimana aku nggak bete?!

Vita tahu deh, si Yohan ini kayaknya sakit hati karena Vita tolak cintanya. Tapi aku kan nolaknya juga baik-baik, nggak kasar. Selama dia pdkt aku juga bersikap biasa aja, nggak langsung ilfeel dan menghindari dia. Vita bersyukur banget si Ani mau cerita tentang hal ini ke aku dan nggak gampang percaya sama gosip yang beredar.

Trus, si Yohan ini enaknya diapain yach? Apa langsung aku datengin aja trus diajakin berantem sekalian. Gila yee… emangnya Vita preman. Eh, tapi keren juga kan kalo ada preman cewek. Udah deh… kok tambah ngawur.

Di, gosip ini bikin aku malu juga kalo ketemu sama temen mudika yang lain. Gimana kalo mereka percaya dengan gosip itu? Vita kan jadi punya cap jelek. Aku jadi males ah, kalo ada pertemuan mudika nggak mau dateng. Kalo ada rapat FPM juga nggak mau dateng. Apalagi diminta bantuin jualan di gereja. Nggak mau ah… malu!!!

Tapi malem ini sebelum aku curhat sama kamu, aku curhat dulu sama kakakku. Aku pikir kakakku akan mendukung aku, eh, dia malah bilang supaya aku jangan membalas kejahatan dengan kejahatan dan melakukan apa yang baik bagi semua orang. Apalagi kehadiranku dalam mudika juga menunjang kemajuan mudika. Trus kakakku langsung nyodorin alkitab untuk aku baca. “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.” (Roma 12:10-11, 21).

Wah, Di, ayat ini bener-bener nyentil aku nih. Berarti terhadap Yohan aku nggak boleh menjauhi dia atau malah balik ngegosipin. Aku harus terus menunjukkan kasihku pada dia. Trus aku juga nggak boleh males ikut mudika. Bagaimanapun itu adalah salah satu bentuk jawabanku untuk melayani Tuhan. Jadi orang Katolik itu nggak gampang, banyak hal-hal yang bisa bikin Vita jatuh dalam dosa, tapi Vita yakin Tuhan Yesus tidak akan meninggalkan Vita sendirian. DIA pasti akan turut bekerja dalam setiap masalah yang Vita hadapi.

Selamat malam Diary. Vita mau bobo dulu nih.
We’re running the race to win. All the way to the end. Laying down every sin that would seek to hinder us. And we’ll be faithfull to our calling . For You are able to keep us from falling. For in Your promise, we will trust. You’ll be faithfull to finish the work You began in us – taken from the song "We’ll be Faithfull".

Sunday, April 06, 2003

Aku Cinta Toleransi

Paska sudah di depan mata. Sebelumnya kita harus melewati masa prapaska yang adalah masa puasa bagi kita. Dengan puasa kita belajar untuk mengendalikan diri dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pertobatan. Bentuk konkret pertobatan diwujudkan dalam bentuk aksi atau gerakan. Karena itulah dikenal adanya Aksi Puasa Pembangunan (APP). Nggak ada gunanya kita berpuasa selama masa prapaska kalo nggak dibarengi suatu aksi nyata.

Keuskupan Agung Jakarta merumuskan tema prapaska tahun ini secara khusus pada “Menumbuhkembangkan Sikap dan Perilaku Toleran dalam Keluarga”. Toleransi berarti kita saling menerima dan membantu agar masing-masing orang memiliki dan mengembangkan identitas diri dan aktivitas hidup sesuai dengan perbedaan dan keunikannya. Kenapa di keluarga? Karena terkadang kita lebih bisa bersikap toleran terhadap lingkungan di luar keluarga kita.

Saya punya teman yang aktif sekali dalam kegiatan di mudika wilayah maupun paroki. Sebut saja namanya Donny. Dia telah menjadi ketua yang baik bagi teman-temannya dalam kegiatan di mudika. Dia tahu dan mau mendengarkan setiap masalah yang dicurhatkan teman-temannya, membantu agar orang-orang di sekelilingnya dapat mengembangkan kemampuan dan bakatnya. Walaupun jomblo, tapi dia termasuk high quality jomblo, deh. Di mata orang-orang kayaknya perfect banget.

Tapi, kalo kalian tidak mengenal dia secara dekat, kalian tidak akan pernah tahu bahwa kalo di rumah si Donny ini nggak care sama adiknya dan Ibu Bapaknya. Saking sibuknya di kampus dan gereja, rumah buat dia seperti jaadi tempat kost aja. Cuma untuk makan dan tidur, tokh. Ngobrol sama keluarga juga cuma seperlunya aja. Lebih seneng bantuin adiknya bikin PR. So ironic, huh!

Keluarga adalah unit terkecil dari komunitas basis, gereja rumah tangga yang secara nyata menghadirkan Allah di tengah kehidupan masyarakat. Dari unit terkecil ini diharapkan toleransi dapat merambah pada komunitas yang lebih luas. Walaupun misalnya kalian nggak nyambung banget kalo ngobrol sama ortu, yah setidaknya kalian meluangkan waktu untuk nanya kegiatan mereka hari ini apa aja. Teman-teman kita aja seneng kalo ditanyain kabarnya, apalagi orang tua kita. Mereka kan juga sayang sama anaknya.

Yesus sendiri selama 30 tahun hidup dalam keluarga sebelum memulai karya-karyanya. Jangan sampai kita ini malah kebalik. Asyik berkarya dan sibuk di luar rumah sampai-sampai lupa sama orang tua dan kaka atau adik kita. Kita jadi lebih bisa toleran sama orang lain di luar keluarga. Ikatan cinta kasih kita dalam keluarga menjadi kendor dan tidak mendalam lagi. Padahal toleransi dalam kehidupan keluarga mendasari toleransi dalam kehidupan masyarakat untuk mewujudkan persaudaraan sejati.

So, jangan lupa mungkin adik kita di rumah ada yang lagi kangen untuk ditemenin main basket atau pengen pergi belanja bareng sama kamu.