Friday, January 07, 2005

Aku dan Aceh

Aku adalah aku
Aku lahir ke dunia ini karena Tuhan menghendakinya
Walaupun sampai sekarang aku belum tahu mengapa dilahirkan ke dunia ini
Hidupku terasa begitu menderita
Dari pagi hingga jauh ke malam hari
Selalu diisi dengan mengais-ngais bak sampah
Mengharap ada orang yang membuang sejumlah kardus dan botol plastik
Untuk kemudian kubelikan nasi setangkup
Yang itupun telah dingin mengerak

Malam ini tanpa sengaja kulewat di depan warung yang sedang memutar siaran berita
Televisi mengatakan sedang ada bencana di Aceh sana
Banyak orang mati di sana yang mayatnya hampir sama dengan sampah yang kukais setiap hari
Berbau busuk…
Hatiku miris melihat layar kaca di depanku
Pedih membayangkan seandainya itu terjadi padaku
Tercerai berai dengan sanak saudara di tanah leluhur

Lewat dari warung tadi aku melintas di depan sebuah rumah besar
Tampaknya sedang ada pesta di sana
Mobil berderet-deret parkir di depan rumah
Aroma masakan yang lezat menggelitik hidungku
Kalau saja tidak ada satpam yang membentakku
Ingin rasanya berlama-lama di depan rumah itu sambil membayangkan masakan apa saja yang terhidang di meja makan

Kuteruskan perjalananku sambil membayangkan makanan yang lezat
Hari ini aku cukup beruntung karena ada orang yang membuang banyak koran bekas
Hasilnya di kantongku ada uang sejumlah dua puluh lima ribu rupiah
Cukup untuk makan nasi goreng kambing dan es campur di sebuah restoran
Aku ingin merasakan jadi orang yang dilayani
Ditanya ingin makan apa, lalu koki akan membuat makanan itu
Wah…. Tentu sangat nikmat
Aku LAPAR!!!

Sesampai di depan pintu restoran ada kotak kardus kecil
Katanya sih untuk dana bantuan korban bencana di Aceh
Kupandangi kotak itu
Kuteguk air liurku tatkala mencium lagi aroma masakan dari dalam restoran
Entah mengapa kurogoh saku celanaku
Mengambil uang dua puluh ribu yang lalu kumasukkan ke kotak itu




Lalu aku kulanjutkan perjalanan
Sampai akhirnya aku mampir seperti biasa di warung bawah jembatan
Lima ribu rupiah…
Ya… uangku tinggal lima ribu rupiah
Hanya cukup untuk makan nasi di warteg langganan

Tapi hati ini rasanya begitu hangat
Ternyata aku bisa juga memberikan sesuatu untuk sesamaku yang sedang menderita
Walau mungkin aku juga sama menderitanya dengan mereka
Karena bagaimana bisa aku mengatakan bahwa aku mengasihi Allah
Sedangkan aku tidak mengasihi saudara-saudaraku di Aceh sana
Walau kami berbeda agama
Walau kami dipisahkan laut dan daratan
Walau kehidupan yang kami jalani begitu berbeda

Sekarang aku tahu mengapa aku lahir ke dunia ini
Karena Allah mengasihiku
KasihNya ada dalam setiap segi kehidupanku
Mengalir dalam darahku
Dan sekarang tugasku adalah membagikan kasihNya kepada semua orang
Seberapa pun sulitnya… seberapapun menderitanya
Allah ada di dalamku…